TERLALU CUPU UNTUK MENGEJAR MIMPI

Tak kenal, maka tak sayang. Oke, mari berkenalan dulu. Aku Fai, mahasiswi S1 Ilmu Keperawatan yang super-super biasa aja, gak terlalu pinter, kadang remidi malah. Alasan kenapa aku milih jurusan ini, mungkin akan terdengar kasar, tapi faktanya seperti ini, aku memilih karena terlalu cupu untuk mengejar mimpi. Sebenarnya, nggak mau bilang ini passion, tapi ini minatku lebih ke Farmasi. Sedangkan aku hanya sadar diri dan mencoba untuk realistis bahwa Farmasi terlalu tinggi passing gradenya. Sebelum mimpiku kandas terhalang passing grade, aku orangnya konseptual and a planner. Jadi aku bener-bener ngerncanain setelah lulus S1, aku akan kuliah lagi S2, I hope I can study my master degree ngambil jurusan Farmasi Industri in Germany. Setelah itu aku akan melamar pekerjaan di salah satu perusahaan pembuat obat, cause my buggest dream is bisa bikin obat sendiri, khususnya obat pereda nyeri kayak paracetamol, asam mefenamat atau ibu profen gitu.. Kembali lagi ke judul awal, semua itu hanya mimpi yang nggak bakalan tercapai hanya karena telalu cupu untuk mengejarnya.
Begini biar kujelaskan sedikit situasi saat itu, aku bukan bermakud membela diri, aku tetap percaya bahwa aku cupu. Jadi ceritanya, waktu aku SMA, masuk perkuliahan ada banyak jalur, dari jalur SNMPTN atau biasa disebut jalur undangan cuma dengan modal stor rapor, jalur SBMPTN yang mana harus seleksi bersama serentak seluruh Indonesia, dan yang terakhir ada jalur UM yang diadakan tiap universitas masing-masing. Semua boleh dicoba untuk siswa SMA, tapi waktu itu aku sekolah di SMA yang cukup punya sepak terjang cukup bagus dalam jalur SNMPTN, nggak mau rugi dong, aku juga daftar, bahkan seingetku seluruh siswa di SMAku juga daftar, masalah diterima belakangan yang penting daftar dulu. Seleksi tahap pertama disaring 50% teratas dari angkatanku pun aku lolos. Nah seleksi kedua ini adalah seleksi yang benar-benar menentukan aku akan diterima atau tidak, waktu itu untuk lolos seleksi pertama aja aku pesimis tidak lolos meningat rankingku jelek dan mepet. Apalagi untuk seleksi yang kedua ini jauh dari ekspektasiku. Aku dulu hanya menganggap SNM adalah hadiah atas kerja kerasku belajar, ketika aku tidak diterima, it's not a big problem, berarti aku nggak dapet hadiah, yang harus kulalukan cuma fokus untuk ujian bersama atau SBM. Tapi setelah aku diberi kesempatan untuk lolos tahap pertama, mulai muncul harapan bahwa aku sangat ingin diterima universitas idaman dengan jalur SNM. Sangat ingin. Aku sudah melarang diriku untuk menginkan hal ini, tapi aku gagal. Aku mulai berfikir bagaimana caranya agar aku lolos seleksi jalur undangan ini dengan rankingku yang super mepet 50% angkatan. Pasti susah. Lagi-lagi karena aku terlalu cupu mengejar mimpi, aku berfikir SBM pasti akan sangat berat untukku. Se-Indonesia saingannya, aku pernah membayangkannya dan hanya bisa menangis. Takut. Takut sekali. Aku mencoba realistis dan menaruh harapanku pada SNM walau dengan ranking rendah. Akhirnya yang kulakukan adalah merelakan mimpiku yang sudah aku plan dengan matang, aku menurunkan standar mimpiku, Farmasi terlalu tinggi untuk universitas pilihaku saat itu, pikirku, lalu kuturunkan pada jurusan Ilmu Keperawatan, sepertinya tidak buruk juga bisa membantu orang yang sedang sakit, walaupun hatiku masih belum menerima sepenuhnya untuk merelakan Farmasi. Mimpiku...... Aku benar-benar ingin mengejarnya, tapi rasa takutku lebih besar.. 
Setelah pengumuman SNM atau jalur undangan keluar, aku benar-benar diterima di Ilmu Keperawatan. Seminggu perkuliahan pertama aku masih belum menerimanya, tapi aku tidak bisa. Dua minggu juga tidak bisa. Satu semester masih belum bisa. Nilaiku saat itu benar-benar anjlok, IPku tidak sampai 3, aku benar-benar seperi akan gila. Untuk mundur aku tidak berani, untuk maju pun aku terlalu berdarah-darah. Menurutku semua itu karena pertama, bukan minatku, kedua karena aku lebih suka berfikir, berlogika, bukan menghafal, sedangkan Ilmu Keperawatan penuh dengan menghafal, biologi dimana-mana, bahkan yang membuatku tak habis pikir, di jurusan tersebut apa pelajaran namanya Anatomi, nah saat praktikum anatomi, nanti kita bertemu dengan mayat/cadaver yang sudah dibuka seluruh tubuhnya, kulitnya hampir hilang seluruhnya dan ia diawetkan diletakkan di meja-meja. Aku benar-benar merasa tidak sanggup, menurutku itu kejam walaupun itu sah-sah saja dalam dunia pendidikan, apalagi dunia kesehatan, ditambah lagi aku orangnya penakut, aku tidak sanggup membayangkan apa jadinya kelak jika aku bekerja di rumah sakit dan shift malam. Allah aku benar-benar merasa tak sanggup. Satu tahun pun berlalu dan aku mencoba untuk bangkit. Mungkin memang Farmasi bukan jalanku, ah tapi rasanya tidak, rasanya seperti aku saja yang terlalu cupu untuk mengerjar mimpiku. Huh sebal. Ah pokoknya intinya setahun kemarin aku mencoba beradaptasi dengan jurusnaku dan mencoba menjalaninya dengan ikhlas apalagi untuk beberapa tahun kedepan. Oya, aku pernah dengar dari beberapa orang yang pernah kuliah, katanya kuliah itu tidak sulit, hanya saja perlu kemauan dan tekat kuat untuk menyelesaikannya..
Kini aku sudah semester 4 pertengahan atau lebih familiar dengan sebutan anak tahun kedua, aku sudah mulai terbiasa dengan kehidupanku sekarang walaupun aku belum berani dan belum mau berfikir untuk rencanaku kedepan, belum mau untuk bermimpi lebih lagi seperti kala itu. Aku merasa dunia Farmasi asyik aja untuk didalami, tapi dunia Keperawatan? Sekalipun aku duduk di bangku perkuliahan tertinggi, sebut saja S3, aku hanya ada pillihan menjadi perawat (terlepas dari perawat pendidik atau apalah itu), tidak seperti Farmasi yang tidak melulu di Lab atau apotek, tapi bisa juga di Industri, rasanya pengen aja gitu membuat suatu karya sendiri dengan tanganku, apalagi karya itu yang paling dibutuhkan orang lain, obat. Ah, sudahlah, sedih rasanya.
Oke lanjut ke perjuanganku di Keperawatan, aku masih benar-benar belum tahu apakah aku akan lanjut S2 atau tidak, lain jika aku Farmasi, I'm pretty sure akan lanjut S2, alih-alih ingin lanjut S2, sekarang dengan jurusan Keperawatanku, aku malah ingin lulus dan jadi ibu rumah tangga aja, menurutku ilmuku sekarang sangat bermanfaat dan super-super bermanfaat untuk mendidik anak karena aku diajarkan bagaimana memandikan anak, bagaimana melatih anak bayi sampai besar, benar-benar aplikatif di dunia perumah-tangga-an ceilah wkwk, terus ntar cari suami deh, syukur-syukur dapet anak HI kan ya wkwkk
Selain cerita-cerita tersebut, aku juga iriiiii banget sama temenku, I have a friend, dia anak HI, masuknya sama kayak aku lewat jalur undangan di univeritas yang sama juga denganku. Tapi tak selang beberapa lama ia pindah karena dapat beasiswa full, bahkan dapat uang jajan di Turki dengan jurusan yang sama juga, HI, terus dia juga sering banget summit atau dateng ke conference gitu di berbagai negara kayak Jerman, Amerika, Georgia dan dia bilang dia menjadi peserta paling muda dalam diskusi tersebut, omg I'm so proud of her. Aku terlalu terobsesi dengan punya teman orang luar negeri. Hmm rasanya yaRabb iri bangettttt, super-super iri.. Terus juga ada kakak tingkat anak pendidikan dokter gitu yang dapet besasiwa spesialis di Amerika. Omggg cant say a word. Aku ingin banget mengepakkan sayapku seperti itu, tapi di jurusanku sekarang, di Indonesia aja aku bego dan ga minat, apalagi kalo ke luar negeri, yang ada cuma di DO :( Mimpi-mimpiku yang lain seperti ikut layu, S2, kuliah di luar negeri, ah semuanya layu.. Terus juga baru-baru ini Indonesia dihebohkan dengan Maudy Ayunda yang dilema milih antara Stanford  atau Harvard dengan jurusan yang bener-bener dia pengenin. I know dia struggle and she said it, tapi rasanya seneng aja gitu bisa meraih apa yang bener-bener dimimpikan dan terus-terus-terus sampai ke puncak. Maksudku terus-terus tuh kalo S1 aja sesuai, maka hanya akan melanjutkan mimpi selanjutnya, sedangkan sekarang saja aku tidak punya mimpi, aku hanya punya harapan untuk bisa struggle di perkuliahanku ini sampai selesai dan jangan sampai lagi IPku dibawah 3 seperti semester 1 lalu.
Cerita ini sebenarnya cerita tentang rasa iriku dengan orang-orang yang bisa meraih mimpinya. Aku pernah dengar quote yang cukup familiar yaitu "raihlah mimpi setinggi langit", stimulan, raihlah mimpi setinggi atap. Be realistik..
Last but not least, jadi perawat not bad juga walaupun ini bukan mimpiku, terhitung dua tahun ini aku sudah banyak membantu orang sakit. Aku terharu banget. Huhu pengen nangis, bener-bener mulia banget jadi perawat, asli, seneng banget bisa nolongin orang sakit dan tau dasar-dasar teorinya.. Apalagi waktu kedua orang tuaku sakit, aku bisa bener-bener tau harus ngapain, menurutku ini precious banget sih, bisa ngerawat orang tua.. Aku nggak bilang kalo perawat itu buruk, justru mulia banget, hanya saja bukan mimpiku..
Sekian

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Semakin Hari, Semakin Kejam

Balik sama temen kelas 10 di kelas 12.

This...