Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Ngalor-ngidul level satu

Event pertama sekolah adalah Tutup Buka Tahun dengan mengusung tema Retro. Bagiku hal ini sangat baru mengingat di SMP tak pernah ada acara semacam ini. Maklum SMPku walau ditengah kota tapi anak-anaknya terkenal ndeso dan bureng. Kaget. Takut. Bingung. Seneng. Gak sabar. Semua jadi satu dan tak terdefinisikan. Ada banyak pertanyaan berkelebat seperti aku harus pake baju apa, aku harus gimana, dan semacamnya. Sampai H-1 event tersebut, aku masih belum menemukan baju yang pas untukku. Aku sudah jalan-jalan ke mall, toko baju, pasar, hampir semua tempat tidak menjual baju retro. Kata salah satu temanku, retro itu baju era 8an. Lemari ibu pun tak luput dari sasaranku. Tetap saja aku merasa bingung baju apa yang harus kukenakan besok. Hingga suatu ketika aku mengeluhkan masalahku pada Mbak Oliv, pacarnya Masku. Dari situlah semua masalah terpecahkan. Mbak Oliv nyari kesana-sini baju retro, dari punya ibunya hingga pinjem ke temen-temennya. Kata mbak Oliv “Ama tenang aja to, pokoknya 2 j...

Sajak U dalam dirimu

Kemarin kukatakan dalam postinganku, kalo aku menemukan sesuatu yang baru Yang membuat diriku mampu menggebu-gebu tiap waktu Namun, saat ini, aku masih belum tau Entah, aku yang tak bisa menjaga hatiku atau aku yang tak mau tau Sesuatu yang baru memang harus dilewati dengan menunggu Namun sesuatu yang tak baru bukan berarti sudah tak ditunggu Malam ini, kabarmu mampu terbangkan aku walau tidak sampai langit ke tuju Tapi tetap saja, aku bahagia medengar itu Dan bukan kamu jika tak mampu buatku menyadari posisiku Malam ini pula, kau jatuhkan aku dalam satu waktu Sebenarnya apa maumu? Menghancurkan hariku? Tolooong, aku hanya punya satu Jangan kau renggut itu Sekali lagi, tolooong, aku hanya punya satu Jangan kau buat layu Air tenang yang menggenang memang tak mengganggu Namun, kenyataannya, justru ia yang mampu membunuhku Iya, kamu, kamu seperti itu Tak ada hadirmu, tenangkan jiwaku Ada hadirmu buatku menggebu-gebu Dan tak lama setelah itu, aku ...

Sesuatu yang baru

“Cinta seperti sesuatu yang mengendap-endap di belakangmu. Suatu saat tiba-tiba kau baru sadar cinta telah datang menyergapmu tanpa peringatan.”-Winna Efendi Yap! Aku seperti di tusuk dari belakang dengan ganasnya dan tanpa ampun. Bukan, bukan aku, jangan, jangan salahkan aku! Aku tak bermaksud menjadikanmu tempat singgahku, tempat menaruh lelahku dan jika aku sudah bosan aku akan menginjakkan kakiku ke tempat lain. Bukan, aku bukan orang yang seperti itu. Sungguh. Segalanya seperti sudah direncanakan. Seolah-olah alam ini bersekongkol memboikot hatiku, meminta berhenti berharap akan hadirmu. Namun, lagi-lagi aku tak mau. Salahkah aku? “Kita tidak akan pernah benar-benar berhenti mencintai seseorang. Kita hanya belajar untuk hidup tanpa mereka.” Lagi-lagi quote Winna Efendi muncul. Mengingatkan dan membuatku yakin bahwa sekeras-kerasnya aku menjauh, aku akan kembali ke tempat awalku. Aku tak bisa melupakan kita, dengan memori 4 tahun yang lalu. Kaset yang bernama kenangan selalu m...

Pendiamku hanya ingin tau.

Hallo! Setelah sekian lama kita tak bersua.. Kangen nggak? Hihi.. Sebenarnya aku pengen ngganti kalimat "kangen nggak?" jadi "merasa kehilangan nggak?" ha tapi tu malah kayak piye yaa wkwk *terlalu jujur, muka polos* Ngomong-ngomong tentang kalimat "merasa kehilangan", kalian pernah merenungkan tentang makna atau arti dari "merasa kehilangan" nggak sih? Dari kalimat sesimple dan semudah itu *maksudku ngetik kalimatnya, bukan mempraktekkannya*, ada yang bikin mak-jegler *ceritanya suara petir* nggak sih? Emm kalo kita mengusut menganai 'kok bisa muncul kalimat kayak gitu', mungkin banyak ya akar permasalahannya. Ada yang karena ini lah, itu lah. Tapi kali ini aku mau bahas akar dari kata "merasa kehilangan" dari sisi 'TEMAN'. Teman? Kalo kita punya kata kunci pembicaraan 'merasa kehilangan' dan 'teman', otakku otomatis larinya ke ruangan kelas yang pernuh hiruk pikuk, tersesaki oleh suasana, entah...